Thursday, May 30, 2019

Tanda-Tanda Shalat Mendekati Sempurna

Image result for shlat khusyuk




Untuk menyelami kenikmatan dalam shalat, yang terpenting bukan bagaimana cara kita bisa menangis sesunggukan, melainkan bagaimana caranya agar dengan shalat kita bisa merombak semua perilaku kita ssekaligus dapat mewujudkan dua transformasi al-kasyf, sehingga kehidupan kita jauh dari sikap yang tidak terpuji. Dengan kata lain, semoga pelaksaan shalat Dhuha yang rutin kita kerjakan ini dapat menahan hawa nafsu, dan dapat pula mencetak pribadi yang paripurna, stabil, dan tidak timpang dalam memaknai kehidupan. Bagimanakah cara mewujudkannya?
Pertama, kita harus dapat menikmati shalat. Jika seseorang belum dapat menikmati shalat, maka dapat dimungkinkan shalat yang dua kerjakan belum masuk dalam tingkatan sempurna, atau lebih tegasnya, shalatnya masih berupa gerakan-gerakan tubuh yang tidak mempunyai makna spiritual. Dalam hal ini Rasulullah bersada, “Pada hari kiamat kelak, ada seseorang yang membawa shalatnya kepada Allah Swt. Kemudian, dia mempersembahkan shalatnya kepada-Nya. Tiba-tiba, shalatnya dilipat-lipat seperti dilipatnya pakaian yang kumal, kemudian dibanting ke wajahnya. Allah tidak menerima shalatnya.” Banyak sekalai nilai shalat yang dibanting ke wajahnya. Sebab, dia melaksanakan shalat bukan karena Allah melainkan karena kehendak lain. Bahkan, ada orang yang celaka karena shalatnya. Mari kita renungkan firman Allah berikut:




Baikalah, untuk mendasari beberapa tanda-tanda shalat diterima atau tidak, mari kita lihat firman Allah dalam hadits Qudsi berikut ini :

“Sesungguhnya Aku hanya mau menerima shalat orang-orang yang merendahkan dirinya karena kebesaran-Ku, menahan dirinya dari hawa nafsu karena Aku, mengisi waktu sebagian siangnya untuk berdzikir kepada-Ku, melazimkan hatinya untuk takut kepada-Ku, tidak sombong terhadap makhluk-Ku, memberi makan kepada orang yang lapar, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, menyayangi orang yang terkena musibah, serta memberikan perlindungan kepada orang yang terasing. Kelak, cahaya orang itu akan bersinar seperti cahaya matahari. Aku akan memeberikan cahaya ketika dia dalam kegelapan. Aku akan memberikan pengetahuan ketika dia tidak tahu. Aku akan menyuruh malaikat untuk menjaganya. Saat dia berdoa kepada-Ku, Aku akan segera menjawabnya. Kalau dia meminta kepada-Ku, Aku akan segera memenuhi permintaannya. Perumpamaannya di hadapan-Ku seperti perumpamaan firdaus.” (Kalimatullah al’Ulya, hlm.264)

Melalui hadits Qudsi ini, dapat kita simpulkan bahwa tana-tanda shalat yang bisa dikatakan sempurna akan membawa pengaruh besar kepada kepribadian kita, seperti merendahkan diri di hadapan Allah, mampu menahan nafsu, banyak berdzikir, dan solidaritas sosial. Dari keempat tanda ini, apabila mushalli dapat meresapi sekaligus mewujdukannya dalam kehidupannya sehari-hari, maka secara total shalatnya dapat diterima tanpa cela, dan mushalli dapat laurt dengan satu kenikamatan yang sempurna. Tanda yang pertama adalah merendahkan diri di hadapan Allah. Jika mushalli dapat merendahkan diri dengan serendah-rendahnya di hadapan Allah, maka dia bisa larut dan tenggelam dalam kenikmatan shalat sebagaimana dirinya tengah meninggalkan planet bumi. Dalam sebuah riwayat yang dijelaskan oleh imam Al-Ghazali dalam bab shalat, yang mengisahkan bahwa cucu Rasulullah Saw. yang bernama Imam Ali Zainal Abidin terlihat sangat pucat seusai mengambil air wudhu. Salah seorang yang melihatnya bertanya, “Apa yang terjadi dengan dirimu, wahai Cucu Rasulullah?” Imam Ali Zainal Abidin menjawab, “Engkau tidak mengetahui di hadapan siapa sebentar lagi aku akan berdiri di hadapan Rabbul ‘aalamin, Tuhan penguasa semesta, penguasa kehidupan, dan penguasa segala yang dikuasai-Nya. Beliau gemetar sebelum menghadap, hatinya gemuruh tidak menentu. Saking gemetar dan gemuruhnya, baru mengambil air wudhu saja, wajah Ali Zainal Abidin sudah terlihat pucat pasi. Inilah satu kenikmatan dalam shalat yang sungguh sulit unruk diurai dengan seribu kalimat sekali pun.

Tanda yang kedua adalah sanggup menahan hawa nafsu. Orang yang sanggup menahan hawa nafsunya, kelak di hari kiamat, kata Rasulullah, akan dimuliakan oleh Allah dan dilindungi sebagai orang-orang yang penting dan orang-orang yang akan mendapatkan rahmat.

Tanda yang ketiga adalah memperbanyak dzikir kepada Allah. Orang yang selalu mengisi waktu siang dan malamnya untuk berdzikir kepada Allah termasuk orang yang mampu menikmati shalatnya. Perlu diketahui, yang saya maksud bukan memperbanyak amalannya, tetapi memperbanyak dzikir kepada Allah. Lain dengan orang beramal, hal ini sebagaimana dalam ayat al-Qur’an yang mengatkan, “...  Agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.”
Allah akan menguji manusia, siapa yang paling baik amalnya, bukan siapa yang paling banyak amalnya. Dengan memperbnayak berdikir kepada Allah, maka dia akan meluangkan dirinya masuk dalam citra hamba yang selalu ingat kepada kebesaran-Nya.


Terakhir, tanda yang keempat adalah solidaritas sosial. Solidaritas adalah sikap atau perasaan yang senantiasa ingin menoling tatkala meihat penderitaan orang lain. Ketika kita sanggup merasakan pedih dan menangis saat melihat penderitaan orang lain, kemudian kita berusaha menyumbangkan sebagian harta yang kita miliki unruk meringankan beban mereka, maka kita termasuk golongan yang disebut dalam hadits Nabi berikut, “ Orang yang dermawan dekat dengan Allah, manusia, dan surga. Sementara orang yang bakhil jauh dengan Allah Swt. dan manusia, serta dekat dengan neraka.” Berkaitan dengan ini, dalam hadits Qudsi, Allah berfirman, “Aku haramkan surga kepada tiga orang; orang yang bakhil; orang yang suka mencaaci maki; dan orang yang suka mengadu domba, memecah belah umat Islam.”

No comments:

Post a Comment