Muhammad[7] (Arab: محمد;
lahir di Mekkah, 570 M – meninggal di Madinah, 8 Juni 632 M)[8] adalah seorang
nabi dan rasul terakhir bagi umat Muslim.[9] Muhammad memulai penyebaran ajaran
Islam untuk seluruh umat manusia dan mewariskan pemerintahan tunggal Islam.
Muhammad sama-sama menegakkan ajaran tauhid untuk mengesakan Allah sebagaimana
yang dibawa nabi dan rasul sebelumnya.[10]
Lahir pada tahun 570 M di Mekkah, Muhammad melewati masa
kecil sebagai yatim piatu. Muhammad dibesarkan di bawah asuhan kakeknya Abdul
Muthalib kemudian pamannya Abu Thalib. Beranjak remaja, Muhammad bekerja
sebagai pedagang. Muhammad kadang-kadang mengasingkan diri ke gua sebuah bukit
hingga bermalam-malam untuk merenung dan berdoa. Diriwayatkan dalam usia ke-40,
Muhammad didatangi Malaikat Jibril dan menerima wahyu pertama dari Allah.[11]
Tiga tahun setelah wahyu pertama, Muhammad mulai berdakwah secara terbuka,[12]
menyatakan keesaan Allah dalam bentuk penyerahan diri melalui Islam sebagai
agama yang benar dan meninggalkan sesembahan selain Allah. Muhammad menerima
wahyu berangsur-angsur hingga kematiannya.[13] Praktik atau amalan Muhammad
diriwayatkan dalam hadis, dirujuk oleh umat Islam sebagai sumber hukum Islam
bersama Al-Quran.
Muhammad bersama pengikut awal mendapati berbagai bentuk
perlawanan dan penyiksaan dari beberapa suku Mekkah. Seiring penganiayaan yang
terus berlanjut, Muhammad membenarkan beberapa pengikutnya hijrah ke Habsyah,
sebelum Muhammad memulai misi hijrah ke Madinah pada tahun 622. Peristiwa
hijrah menandai awal penanggalan Kalender Hijriah dalam Islam. Di Madinah,
Muhammad menyatukan suku-suku di bawah Piagam Madinah. Setelah delapan tahun
bertahan atas serangan suku-suku Mekkah, Muhammad mengumpulkan 10.000 Muslim
untuk mengepung Mekkah. Serangan tidak mendapat perlawanan berarti dan Muhammad
mengambil alih kota dengan sedikit pertumpahan darah. Ia menghancurkan
berhala-hala. Pada tahun 632, beberapa bulan setelah kembali ke Madinah usai
menjalani Haji Wada, Muhammad jatuh sakit dan wafat. Muhammad meninggalkan
Semenanjung Arab yang telah bersatu dalam pemerintahan tunggal Islam dan
sebagian besar telah menerima Islam.
Kelahiran
Para ulama dan penulis sirah sepakat bahwa hari kelahiran
Muhammad jatuh pada bulan Rabiul Awal.[21] Muhammad lahir di Mekkah, kota
bagian selatan Jazirah Arab, sekitar tahun 570, berdekatan dengan Tahun Gajah
yang merupakan tahun kegagalan penyerangan Mekkah oleh pasukan bergajah di
bawah pimpinan Abrahah.[22][23] Pendapat paling mashyur merujuk tanggal 12
Rabiul Awal sebagai hari kelahiran Muhammad. Berdasarkan teks hadis, Muhammad
menyebut hari Senin sebagai hari kelahirannya. Penulis sirah Sulaiman
Al-Manshurfuri dan ahli astronomi Mahmud Basya dalam penelitiannya melacak hari
Senin yang dimaksud bertepatan dengan tanggal 9 Rabiul Awal.
Muhammad berasal dari salah satu klan suku Quraisy yakni
Bani Hasyim yang mewarisi silsilah terhormat di Mekkah, meskipun tak terpandang
karena kekayaannya.[24] Ayahnya, Abdullah meninggal saat Muhammad masih dalam kandungan,
enam bulan sebelum kelahiran.[25] Muhammad bayi dibawa tinggal bersama keluarga
dusun di pedalaman, mengikuti tradisi perkotaan kala itu untuk memperkuat fisik
dan menghindarkan anak dari penyakit perkotaan.[26] Ia diasuh dan disusui oleh
Halimah binti Abi Dhuayb di kampung Bani Saad selama dua tahun.[27] Setelah
itu, Muhammad kecil dikembalikan untuk diasuh kepada budak Ummu Aiman. Pada
usia ke-6, Muhammad kehilangan ibunya, Aminah karena sakit.[27][28] Selama dua
tahun berikutnya, kebutuhan Muhammad ditanggung dan dicukupi oleh kakeknya dari
keluarga ayah, 'Abd al-Muththalib. Ketika berusia delapan tahun, kakeknya
meninggal dan Muhammad berikutnya diasuh oleh pamannya Abu Thalib yang tampil
sebagai pemuka Bani Hasyim sepeninggal Abdul Muththalib
Perkenalan dengan
Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi
seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah,
begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang.
Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu
pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke arah
Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya menyebar
luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual perantara
barang dagangan penduduk Mekkah.
Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak
muda yang bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah
seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status
tinggi di kalangan suku Arab. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim
barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad
membuat Khadijah memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah,
Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat
terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih
dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada
Khadijah, mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah
telah berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang
dapat menawan Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang dimiliki
oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat itu suku
Quraisy memiliki budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan seorang
gadis ketimbang janda. Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad
tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih memilih untuk menggunakan
hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.
Memperoleh gelar
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum
Quraisy dalam perbaikan Kakbah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy
berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat
menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia
dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya
sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya
"orang yang dapat dipercaya".
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya
sepenuhnya dengan keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan
membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong yang lazim di kalangan bangsa
Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu
dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka.
Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa
Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar
dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang
benar".
Kerasulan
Gua Hira tempat pertama kali Muhammad memperoleh wahyu.
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan
kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering
menyendiri ke Gua Hira' sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota
Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari
bertafakur (merenung) dan mencari ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat
bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut yang senang
bergerombol. Dari sini, ia sering berpikir dengan mendalam, dan memohon kepada
Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari
tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan
membacakan surah pertama dari Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu
surah Al-Alaq. Muhammad diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan
kepadanya, namun ia mengelak dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril
mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap
sama. Jibril berkata:
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah,
yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
— Al-Alaq 96: 1-5
Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat
pertama sekaligus pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya menurut
perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3
bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi (penanggalan
berdasarkan matahari). Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali
ke rumahnya, diriwayatkan ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara
bergantian akibat peristiwa yang baru saja dialaminya dan meminta istrinya agar
memberinya selimut.
Diriwayatkan pula untuk lebih menenangkan hati suaminya,
Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara sepupunya yang juga seorang
Nasrani yaitu Waraqah bin Naufal seorang pendeta yang buta. Waraqah banyak
mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan
Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia
telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan
bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan
mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Muhammad menerima ayat-ayat Quran secara berangsur-angsur
dalam jangka waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian
faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat Quran turun disertai
oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat
yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama Al-ushaf yang juga
dinamakan Al-Qur'an (bacaan).
Sebagian ayat Quran mempunyai tafsir atau pengertian yang
izhar (jelas), terutama ayat-ayat mengenai hukum Islam, hukum perdagangan,
hukum pernikahan dan landasan peraturan yang ditetapkan oleh Islam dalam aspek
lain. Sedangkan sebagian ayat lain yang diturunkan pada Muhammad bersifat samar
pengertiannya, dalam artian perlu ada interpretasi dan pengkajian lebih
mendalam untuk memastikan makna yang terkandung di dalamnya, dalam hal ini
kebanyakan Muhammad memberi contoh langsung penerapan ayat-ayat tersebut dalam
interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari, sehingga para pengikutnya
mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam berperilaku dan bertata krama
dalam kehidupan bermasyarakat.
Mendapatkan pengikut
Selama tiga tahun pertama sejak pengangkatannya sebagai
rasul, Muhammad hanya menyebarkan Islam secara terbatas di kalangan teman-teman
dekat dan kerabatnya, hal ini untuk mencegah timbulnya reaksi akut dan masif
dari kalangan bangsa Arab saat itu yang sudah sangat terasimilasi budayanya
dengan tindakan-tindakan amoral, yang dalam konteks ini bertentangan dengan apa
yang akan dibawa dan ditawarkan oleh Muhammad. Kebanyakan dari mereka yang
percaya dan meyakini ajaran Muhammad pada masa-masa awal adalah para anggota
keluarganya serta golongan masyarakat awam yang dekat dengannya di kehidupan
sehari-hari, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada
awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Setelah sekian
lama banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair
bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail yang
kemudian masuk ke agama yang dibawa Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu
disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun atau Yang pertama-tama.
Penyebaran Islam
Sekitar tahun 613 M, tiga tahun setelah Islam disebarkan
secara diam-diam, Muhammad mulai melakukan penyebaran Islam secara terbuka
kepada masyarakat Mekkah, respons yang ia terima sangat keras dan masif. Ini
disebabkan karena ajaran Islam yang dibawa olehnya bertentangan dengan apa yang
sudah menjadi budaya dan pola pikir masyarakat Mekkah saat itu. Pemimpin Mekkah
Abu Jahal menyatakan bahwa Muhammad adalah orang gila yang akan merusak tatanan
hidup orang Mekkah. Akibat penolakan keras yang datang dari masyarakat
jahiliyyah di Mekkah dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin Quraisy
yang menentangnya, Muhammad dan banyak pemeluk Islam awal disiksa, dianiaya,
dihina, disingkirkan, dan dikucilkan dari pergaulan masyarakat Mekkah.
Walau mendapat perlakuan tersebut, ia tetap mendapatkan
pengikut dalam jumlah besar. Para pengikutnya ini kemudian menyebarkan
ajarannya melalui perdagangan ke negeri Syam, Persia, dan kawasan jazirah Arab.
Setelah itu, banyak orang yang penasaran dan tertarik kemudian datang ke Mekkah
dan Madinah untuk mendengar langsung dari Muhammad, penampilan dan kepribadian
baiknya yang sudah terkenal memudahkannya untuk mendapat simpati dan dukungan
dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini menjadi semakin mudah ketika Umar bin
Khattab dan sejumlah besar tokoh petinggi suku Quraisy lainnya memutuskan untuk
memeluk ajaran Islam, meskipun banyak juga yang menjadi antipati mengingat saat
itu sentimen kesukuan sangat besar di Mekkah dan Medinah. Tercatat pula
Muhammad mendapatkan banyak pengikut dari negeri Farsi (sekarang Iran), salah
satu yang tercatat adalah Salman al-Farisi, seorang ilmuwan asal Persia yang
kemudian menjadi sahabat Muhammad.
Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pemeluk Islam selama
periode ini mendorong lahirnya gagasan untuk berhijrah (pindah) ke Habsyah
(sekarang Ethiopia). Negus atau raja Habsyah, seorang Kristen yang adil,
memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka
dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke
Yatsrib, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Hijrah ke Madinah
Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap tahunnya datang ke
Mekkah untuk beziarah ke Bait Allah atau Ka'bah, mereka menjalankan berbagai
tradisi keagamaan dalam kunjungan tersebut. Muhammad melihat ini sebagai
peluang untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik
dengan ajarannya ialah sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka menemui Muhammad
dan beberapa orang yang telah terlebih dahulu memeluk Islam dari Mekkah di
suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam,
mereka lalu bersumpah untuk melindungi para pemeluk Islam dan Muhammad dari
kekejaman penduduk Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yatsrib
datang lagi ke Mekkah, mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu
sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum
menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang
orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yastrib dikarenakan situasi di
Mekkah yang tidak kondusif bagi keamanan para pemeluk Islam. Muhammad akhirnya
menerima ajakan tersebut dan memutuskan berhijrah ke Yastrib pada tahun 622 M.
Masjid Nabawi, berlokasi di Madinah, Arab Saudi.
Mengetahui bahwa banyak pemeluk Islam berniat meninggalkan
Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha mengcegahnya, mereka beranggapan
bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yastrib, Muhammad akan mendapat peluang untuk
mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah yang jauh lebih luas. Setelah selama
kurang lebih dua bulan ia dan pemeluk Islam terlibat dalam peperangan dan
serangkaian perjanjian, akhirnya masyarakat Muslim pindah dari Mekkah ke
Yastrib, yang kemudian setelah kedatangan rombongan dari Makkah pada tahun 622
dikenal sebagai Madinah atau Madinatun Nabi (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kekhalifahan) Islam diwujudkan di
bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat
di Madinah, begitupun kaum minoritas Kristen dan Yahudi. Dalam periode setelah
hijrah ke Madinah, Muhammad sering mendapat serangkaian serangan, teror,
ancaman pembunuhan dan peperangan yang ia terima dari penguasa Mekkah, akan
tetapi semuanya dapat teratasi lebih mudah dengan umat Islam yang saat itu
telah bersatu di Madinah.
Sejarah
Dakwah Rasulullah SAW Pada Periode Mekkah dan Madinah
1. Dakwah
Rasulullah SAW pada periode Mekkah
. Masyarakat
Arab Jahiliyah Periode Mekah
Objek dakwah
Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau
masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat
Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah
diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya
beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja
itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara
berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza
dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang
menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.
2.
Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan
Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13
tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira,
waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur,
beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah.
Muhamad
diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya
Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an
Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam
sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut
sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula
Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad
berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu,
tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun
(610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu
berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang
diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
3. Ajaran
Islam Periode Mekah
Ajaran Islam
periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah
sebagai berikut:
a. Keesaan
Allah SWT
b. Hari
Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian
jiwa
d.
Persaudaraan dan Persatuan
STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar
masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum,
sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan
ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang
luhur tersebut sebagai berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah
SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah
tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang
telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti
Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu
Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin
Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat
Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil). Abu
Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang
kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara
sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal
Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4
dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar
dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat
Al-Qur’an Surah 26: 214-216. Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara
terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk
menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum
menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah
masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far
bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah. Rasulullah SAW mengumpulkan para
penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar
Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa. Pada periode dakwah secara terang-terangan
ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy,
yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah
bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar
bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para
penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah
yang masuk Islam antara lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum
Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair
terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk
Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku
Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13
orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi.
Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah. Pertemuan umat
Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada
tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah
tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi
dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW
dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam,
telah menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW,
yakni:
Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan
dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka
mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin
mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan
sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa
ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa
berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur
mereka. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan
dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala. Usaha-usaha kaum
kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW
bermacam-macam antara lain:
۞ Para budak yang telah masuk Islam, seperti:
Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan
Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas
perikemanusiaan.
۞ Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi
Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat
kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat
Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap
berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah
satunya Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya
Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena
Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang
pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M. Suatu saat keenam belas orang
tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan
masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun,
dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi. Akhirnya,
Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat
itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman
Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi
Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib
dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).
2. Dakwah Rasulullah SAW pada periode Medinah
Pada abad ke-5 sejarah dakwah Rasulullah SAW. Di Mekah,
bangsa Quraisy dengan segala upaya berusaha melumpuhkan gerakan Muhammad SAW.
Hal ini dibuktikan dengan pemboikotan terhadap Bani Hasyiim dan Bani Muthalib
(keluarga besar Muhammad SAW.). beberapa pemboikotan tersebut antara lain :
a. Memutuskan hubungan perkawinan.
b. Memutuskan hubungan jual beli.
c. Memutuskan hubungan ziarah-menziarahi.
d. Tidak ada tolong menolong.
Pemboikotan itu tertulis di atas selembar sahitah atau
plakat yang digantungkan di Kakbah dan tidak akan dicabut sebelum Muhammad SAW.
Menghentikan gerakannya. Selama tiga tahun lamanya Bani Hasyim dan Bani
Muthalib menderita kemiskinan akibat pemboikotan itu. Banyak pengikut Rasulullah
yang menyingkir ke luar kota Mekah untuk mempertahankan hidup untuk
menyelamatkan diriUjian bagi Rasulullah SAW. Juga bertambah berat dengan
wafatnyadua orang yang sangat dicintainya, yaitu pamannya, Abu Thalib dalam
usia 87 tahun dan istrinya, yaitu Khadijah. Peristiwa tersebut yang terjadi
pada tahun ke-10 dari masa kenabian (620 M) dalam sejarah disebut Amul Huzni
(tahun kesedihan atau tahun duka cita).
Dengan meninggalnya dua tokoh tersebut orang Quraisy makin
berani dan leluasa mengganggu dan menghalangi Rasulullah SAW. Mereka berani
melempar kotoran ke punggung Nabi, bahkan Beliau hampir meninggal karena ada
orang yang hendak mencekiknya. Nabi Muhammad SAW. Merasakan bahwa dakwah di
Mekah tidak lagi sesuai sebagai pusat dakwah Islam. Oleh karena itu, Beliau
bersama Zaid bin Haritsah pergi hijrah ke Thaif untuk berdakwah. Ajaran
Rasulullah itu ditolak dengan kasar. Bahkan mereka pun mengusir, menyoraki dan
mengejar Rasulullah sambil di lempari dengan batu. Saat itu Rasulullah SAW.
Sempat berlindung di bawah kebun anggur di kebun Utba dan Syaiba (anak Rabia).
Meski demikian terluka, Rasulullah SAW. tetap sabar dan berlapang dada serta
ikhlas. Kesulitan dan hambatan yang terus-menerus menimpa Muhammad SAW. Dan
pengikutnya dihadapi dengan sabar dan tawakal.
Saat mengahadapi ujian yang berat dan tingkat perjuangan
sudah berada pada puncaknya, Rasulullah SAW. di perintahkan oleh Allah SWT
untuk menjalani Isra dan Mi’raj dari Mekah menuju ke Baitul Maqdis di
Palestina, dan selanjutnya naik ke langit hingga ke Sidratul Muntaha (QS
Al-Isra/17:1). Kejadian Isra dan Mi’raj terjadi pada malam 17 rajab tahun ke-11
dari kenabiannya (sekitar 621 M) di tempuh dalam waktu satu malam. Hikmah Allah
Swt. Dari peristiwa isra dan mi’raj antar lain sebagai berikut.
1. Karunia dan keistimewaan tersendiri bagi Nabi Muhammad
SAW. Yang tidak pernah diberikan Allah SWT. Kepada manusia dan nabi-nabi
sebelumnya.
2. Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan Beliau
sebagai rasul untuk terus menyerukan agama Allah SWT kepada seluruh umat
manusia.
3. Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri sejauh mana
mereka beriman dan percaya kepada kejadian yang menakjubkan itu yang hanya
ditempuh dalam waktu semalam. Peristiwa ini dijadikan olok-olok oleh kaum
Quraisy dan menuduh Nabi Muhammad SAW. Sudah gila. Meski demikian, ada orang
yang beriman atau percaya terhadap kejadian ini, yaitu Abu Bakar sehingga nama
Beliau ditambahkan dengan gelar As Sidik.
B. Hijrah Nabi Muhammad SAW. Ke Yastrib (Madinah)
Faktor yang menorong hijrahnya Nabi SAW
1. Ada tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib,
karena:
Pada tahun 621 M telah datang 13 orang penduduk Yatsrib
menemui Nabi Muhammad SAW di bukit Akabah. Pada tahun berikutnya, 622 M datang
lagi sebanyak 73 orang Yatsrib ke Mekkah yang terdiri dari suku Aus dan
Khazraj. Saat itu mereka tampaknya datang untuk melakukan haji, tetapi
sesungguhnya kedatangan mereka adalah untuk menjumpai rasulullah SAW dan
mengundang mereka agar pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela dan
mempertahankan serta melindungi Rasulullah besert para pengikut dan keluarganya
seperti melindungi keluarga mereka sendiri. Perjanjian ini disebut Perjanjian
Aqabah II. Akhirnya, Rasululah SAW menyuruhlah sahabat-sahabat Nabi pindah
bersama.
2. Rencana pembunuhan Nabi saw oleh kaum Quraisy yang hasil
kesepakatannya diputuskan oleh pemuka-pemuka Quraisy di Darun Nadwah. Mereka
menyatakan bahwa :
Mereka sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah
berkuasa di Yatsrib. Pasti Muhammad akan menyerang kafilah-kafilah dagang Quraisy
yang pulang pergi ke Syam. Hal itu akan mengakibatkan kerugian bagi perniagaan
mereka. Membunuh Nabi saw sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib. Dengan cara
setiap suku Quraisy mengirimkan seorang pemuda tangguh sehingga apabila
Rasulullah SAW terbunuh, keluarganya tidak akan mampu membela diri di hadapan
seluruh suku Quraisy, kemudian mengepung rumah Nabi SAW dan akan membunuhnya di
saat fajar, yakni ketika Rasulullah SAW akan melaksanakan sholat Subuh.
Rencana-rencana tersebut diketaui oleh Nabi saw dan para
pemuda Qurasy terkacoh. Karena yang tidur adalah Ali bin Abi Thalib bukan
Rsulullah SAW. Rasulullah SAW sudah berangkat lebih awal dan sudah mengetahu
kejahatan itu sebelum para pemuda Quraisy datang. Mereka mengejar dan
menjelajahi seluruh kota untuk mencari Nabi saw tetapi hasilnya nihil. Kemudian
Nabi bersama pengikutnya melanjutkan perjalanannya menelusuri pantai laut mera
C. Akhir Periode Dakwah Rasulullah Di Kota Mekah
Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekkah maka berakhirlah
periode pertama perjalanan dakwah beliau di kota Mekkah. Lebih kurang 13 tahun
lamanya, Beliau Beliau berjuang antara hidup dan mati menyerukan agama Islam di
tengah masyarakat Mekkah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan raga. Sebelum
memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi
mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam sejarah Islam. Tepat
pada hari Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 Hijrah bertepatan pada 24 September 6 M.
Merekamendapat sambutan penuh haru, hormat, dan kerinduan diiringi puji-pujian
dari seluruh masyarakat Madinah. Nabi saw mengadakan shalat Jumat yang pertama
kali dalam sejarah Islam dan Beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin
dan Anshar. Sejak Saat itu, Kota Yastrib berubah namanya menjadi Madinah Nabi
(Madinah Rasul) selanjutnya kota itu disebut Madinah. Orang-orang yang pindah
atau hijrah mendapat sebutan kaum Muhajirin artinya pendatang. Adapun penduduk
asli disebut Anshar artinya pembela. Adapun penduduk kota Madinah itu sendiri
terdiri dari dua golongan yang berbeda, yaitu :
Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari
suku Aus dan Khazraj
Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari
utara (Palestina). Kebiasaan orang-orang Yahudi ini selalu membangga-banggakan
diri pada penduduk asli dan sering mengadu domba antara suku Aus dan Khazraj
sekadar mengambil keuntungan dari hasil penjualan senjatanya.
Peristiwa hijrah ini amat penting artinya bagi Islam dan
kaum muslim karena hijrahnya Nabi SAW dari Mekah ke Madinah dijadikan sebagai
awal permulaan tahun Hijriyah. Dengan hijrahnya kaum muslim, terbukalah
kesempatan bagi Nabi SAW untuk mengatur strategi membentuk masyarakat muslim
yang bebas dari ancaman dan tekanan. Beberapa strategi dalam hal tersebut
adalah mengadakan perjanjian saling membantu antara kaum muslim dengan kaum
nonmuslim dan membangun kerja sama, baik dibidang poitik, ekonomi, sosial,
serta dasar-dasar daulah Islamiyah. Dakwah Rasulullah periode Madinah dapat
mewujudkan masyarakat muslim di Madinah yang adil dan makmur sehingga menjadi
prototipe masyarakat ideal atau yang sering disebut masyarakat madani. Beliau
juga turut berjuang dalam memelihara dan mempertahankan masyarakat yang
dibinyanya itu dari segala macam tantangan, baik yang berasal dari dalam maupun
dari luar.
D. Substansi dan strategi dakwah Raslullah SAW. Periode
Madinah
Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara
lain:
1. Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan
antara kaum Muhajjirin dengan kaum Anshar. Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak
keluarga dan kampung halaman mereka dipersaudarakan dengan kaum Anshar secara
ikhlas dan hanya mengharap keridaan Allah SWT. Sebagai contoh, Abu Bakar
dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan
Mu’az bin Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik.
Begitu seterusnya sehingga setiap orang dari Kaum Anshar dipersaudarakan dengan
kaum Muhajirin.
2. Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam Dalam
upaya menciptakan suasana tentram dan aman agar masyarakat muslim yang dibina
itu dapat terpelihara dan bertahan, Rasulullah SAW membuat perjanjian
persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam di kota Madinah dan
sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh nabi dan rasul sebelumnya.
Isi perjanjiannya sebagai berikut :
a. Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing
golongan mempunyai wewenang penuh terhadap anggits golongannya.
b. Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong
menolong dan saling mebantu untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka.
Semua wajib mempertahankan kota bila ada serangan dari luar
c. Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh
mereka yang terikat dengan perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara
muslim dan Yahudi, maka urusan itu diserahkan kepada Allah SWT dan rasul(Al
Qur’an dan sunah).
d. Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota
Madinah yang disetujui dipegang oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Meletakkan dasar-daar politik ekonomi dan sosial untuk
masyarakat Islam. Melalui wahyu yang turun di kota Madinah dimana sebagian
besar berkaitan dengan pembinaan hukum Islam, Nabi Muhammad SAW dapat
menetapkan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat muslim dalam berbagai aspek
kehidupan, baik di lapangan politik,ekonomi, sosial, dan lain-lain.
Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat
dan pemerintahan Islam dapat mewujudkan nagari “ Baldatun Thiyibatun Warabbun
Ghafur “ dan Madinah disebut “ Madinatul Munawwarah ”.
E. Hikmah Sejarah Dakwah Rasulullah SAW. Periode Madinah
Hikmah sejarah dakwah Rasulullah SAW antara lain :
1. Dengan
persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshardapat
memberikan rasa aman dan tentram.
2. Persatuan dan
saling menghormati antar agama
3.
Menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan lemah, yang kaya dan
miskin
4. Memahami bahwa
umat Islam harus berpegang menurut aturan Allah swt
5. memahami dan
menyadaribahwa kita wajib agar menjalin hubungan dengan Allah swt dan antara manusia
dengan manusia
6. Kita
mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia
maupun di akhirat.
7. Menjadikan
inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama Islam
8. Terciptanya
hubungan yang kondusif
F. Sikap dan Perilaku
Sikap dan perilaku yang mencerminkan dakwah Rasulullah SAW
antara lain :
1. mengimani
dengan sebenar-benarnya bahwa Muhammad saw adalah rasul dan nabi penutup para
nabi
2. Mencintai
Rasullulah saw
3.
mensosialisasikan sunnah Nabi saw
4. Gemar dan
senang membaca buku sejarah nabi-nabi
5. Memelihara
silaturahmi dengan sesama manusia
6. Berkunjung ke
tanah suci Mekkah atau Madinah untuk melihat/ menapak tilas perjuangan Nabi
Muhammad saw
7. Mempelajari dan
memahami Al Quran dan hadis-hadisnya
8. Senantiasa
berjihad dijalan Allah
9. Aktif/ikut
serta dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari-hari besar Islam
10. Merawat dan
melestarikan tempat ibadah (masjid)
11. Menekuni dan
mempelajari
Pembebasan Mekkah
Tahun 629 M, tahun ke-8 H setelah hijrah ke Madinah, Muhammad
berangkat kembali ke Makkah dengan membawa pasukan Muslim sebanyak 10.000
orang, saat itu ia bermaksud untuk menaklukkan kota Mekkah dan menyatukan para
penduduk kota Mekkah dan madinah. Penguasa Mekkah yang tidak memiliki
pertahanan yang memadai kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa
perlawanan, dengan syarat kota Mekkah akan diserahkan tahun berikutnya.
Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ketika ia kembali, ia
telah berhasil mempersatukan Mekkah dan Madinah, dan lebih luas lagi ia saat
itu telah berhasil menyebarluaskan Islam ke seluruh Jazirah Arab. Muhammad
memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada
di sekeliling Ka'bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan
Islam di kota Mekkah.
Wafat
Pada bulan Juni 632 M, dia mengalami sakit ketika tengah
berada di rumah Maimunah namun kemudian meminta pindah ke rumah Aisyah. Setelah
sebelumnya mengalami demam dan beberapa kali pingsan, dia meminta kepada Abu
Bakar untuk menggantikannya mengimami jamaah. Diapun akhirnya meninggal dalam
pangkuan Aisyah dan jenazahnya dikuburkan di rumah istrinya tersebut.