Penindasan sudah dilakukan sejak jaman dahulu kala namun dulu belun ada yang menindaklanjuti hal-hal yang menyangkut fisik serta psikis seseorang setelah penindasan atau pem-bully-an tersebut.
Sebenarnya setelah saya sendiri alami dan teliti tidak sedikit orang yang terkena bullying pada masa sekolahnya atau di lingkup lingkungan namun ada yang menanggapi serius ada juga yang mengganggapnya sebagai candaan meskipun hal tersebut hanya menindas secara lisan ataupun perilaku. Bagi saya sendiri yang sekarang bertumbuh menjadi remaja dewasa sikap bullying ini bukan hal buruk juga bukan hal baik tetapi ada baiknya juga kita sebagai manusia yang masih berakal tetap menjaga lisan dan perilaku agar tidak jadi parasit tapi jadi sesuatu yang berguna bagi orang lain.
Yapp, mari kita bahas lebih lanjut tentang hal ini kita awali dengan Pengertian Bullying.
Pengertian Bullying
Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008). Remaja yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang senang merunduk kesana kemari. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah. Sedangkan secara terminology menurut Definisi bullying menurut Ken Rigby dalam Astuti (2008 ; 3, dalam Ariesto, 2009) adalah “sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan “senang”.
Jenis-Jenis Bullying
Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Menurut Coloroso (2007), bullying dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
a. Bullying Fisik
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan yang dilaporkan oleh siswa. Jenis penindasan secara fisik di antaranya adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barang-barang milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara serius.
b. Bullying Verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi. Penindasan verbal dapat diteriakkan di taman bermain bercampur dengan hingar binger yang terdengar oleh pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik di antara teman sebaya. Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta gosip.
c. Bullying Relasional
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasional adalah pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan
bahasa tubuh yang kasar.
d. Cyber Bullying
Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban terus menerus mendapatkan pesan negative dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet
dan media sosial lainnya. Bentuknya berupa :
1) Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar
2) Meninggalkan pesan voicemail yang kejam
3) Menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa (silent calls)
4) Membuat website yang memalukan bagi si korban
5) Si korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room dan lainnya
6) “Happy slapping” – yaitu video yang
berisi dimana si korban dipermalukan atau di-bully lalu disebarluaskan
Sedangkan Riauskina, dkk (2005, dalam Ariesto, 2009) mengelompokkan perilaku bullying ke dalam 5 kategori, yaitu:
a) Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci, seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain);
b) Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan (put-down), mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, mencela/mengejek, memaki, menyebarkan gosip);
c) Perilaku non verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal) ;
d) Perilaku non verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng);
e) Pelecehan seksual (kadang-kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).
Solusi Bullying
Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan oleh kita sebagai pekerja sosial dengan remaja yang berperan sebagai konselor bagi remaja pelaku bullying (Lee, 2010).
• Bicaralah dengan bully dan cobalah cari tahu mengapa mereka merasa perlu berperilaku seperti itu. Cari tahu apa yang mengganggu mereka atau apa yang memicu tingkah laku tersebut.
• Pastikan remaja bully mengerti bahwa perilaku merekalah yang tidak disukai, bukan mereka.
• Yakinkan bully bahwa Anda bersedia membantu mereka dan Anda akan bekerja dengan mereka untuk menemukan cara untuk mengubah perilaku mereka yang tidak dapat diterima.
• Bantu bully untuk menebus kesalahan pada korbannya. Jelaskan bagaimana cara meminta maaf karena telah membuat orang lain menderita dan bantu bully untuk menjelaskan alasan perbuatannya.
• Berikan bully banyak pujian serta dukungan dan pastikan Anda mengatakan pada bully ketika mereka berperilaku baik dan berhasil mengatur emosi dan perasaannya.
• Bersiap untuk mengkonfrontasi bully ketika mereka mulai membuat alasan atas perbuatannya seperti ‘itu cuma bercanda atau ‘dia yang salah’. Jelaskan bahwa lelucon tidak menyebabkan kesulitan dan ancaman.
Pesan-pesan dari saya untuk para korban bullying tetap semangat jangan pantang menyerah karena hidup tanpa kritikan mereka tidak akan jadi baik namun ada baiknya juga bagi kita untuk lebih mengendalikan perkataan dan perbuatan dalam hal apapun karena dari lisanlah seseorang bisa berbuat kejahatan.
Sekian blog dari saya maaf kalau ada salah kata silahkan komentar di bawah kalau ada kekurangan atau follow akun saya di Hubungi Kami.